Kehidupan dunia hakikatnya adalah ujian bagi setiap diri untuk
mengetahui secara pasti siapa di antara kita yang terbaik amalan
hidupnya (QS Al-Mulk : 2).
Siapa yang tidak ingin mendapat
predikat terbaik di hadapan Allah SWT, tentu semua orang beriman sangat
mendambakannya. Tetapi perlu diingat, bahwa berbuat yang terbaik menurut
Allah SWT hanya bisa dilakukan oleh setiap Muslim yang mampu melakukan
amalan-amalan ihsan. Oleh karena itu, mari hiasi diri kita dengan banyak
melakukan amalan-amalan terbaik itu (ihsan)
.
Dalam Islam,
gradasi ihsan berada di atas Islam dan iman. Oleh karena itu, seorang
Muslim yang mampu berbuat ihsan adalah Muslim yang sangat mulia di
hadapan Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh Malaikat
Jibril terkait arti ihsan. Rasulullah SAW menjawab, “Ihsan itu adalah
kalian menyembah kepada Allah seakan-akan kalian melihat-Nya, kalaupun
kalian tidak bisa melihat-Nya maka ketahuilah sesungguhnya Allah Maha
Melihat (apa yang kalian kerjakan).”
Artinya, setiap Muslim
diperintahkan berupaya melakukan amalan-amalan terbaik yang dikehendaki
Allah SWT dalam situasi dan kondisi apa pun. Inilah yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan beliau menyeru umat manusia untuk
bertauhid kepada Allah SWT.
Tatkala Rasulullah SAW dihina, dicaci
maki, dan dimusuhi oleh kaum kafir Quraisy beliau sedikit pun tidak
memiliki rasa dendam kepada mereka. Bahkan, sekiranya ada kesempatan
berbuat baik kepada mereka yang telah menghina dan membecinya itu,
Rasulullah SAW akan selalu berusaha menjadi yang pertama melakukannya.
Seperti
sebuah riwayat yang menuturkan bahwa dahulu ada seorang kafir Quraisy
yang selalu meludahi Rasulullah SAW tatkala beliau lewat di depan
rumahnya menuju Ka’bah. Peristiwa itu berlangsung setiap saat ketika
Rasulullah SAW melintasi rumah orang kafir itu.
Suatu ketika
Rasulullah SAW melintas seperti biasanya, tetapi saat itu tidak ada
ludah yang mendarat di wajah beliau. Sekembali dari ibadah Rasulullah
SAW mencari tahu di mana gerangan orang yang suka meludahinya itu
berada.
Ketika mendengar orang itu sakit, Rasulullah SAW bergegas
menjenguk orang yang sangat membencinya itu. Sang kafir itu pun
terenyuh, bingung, sekaligus bahagia tatkala melihat Rasulullah SAW
datang menjenguknya. Di luar dugaan, orang yang awalnya sangat membenci
Rasulullah seketika menjadi sangat cinta kepadanya.
Dalam Tafsir Fath Al-Qadir,
Imam Al-Syaukani menuturkan bahwa suatu ketika Nabi Isa pernah ditanya
tentang pengertian ihsan. Nabi Isa menjawab, “Bukanlah perbuatan itu
disebut ihsan jika kalian membalas kebaikan orang yang berbuat baik
kepadamu, tapi ihsan itu adalah ketika kalian mampu berbuat baik justru
kepada orang yang berbuat jahat kepadamu.
Oleh karenanya,
hendaklah setiap diri bermujahadah (bersungguh-sungguh) untuk mampu
mengerjakan amalan-amalan baik (ihsan) atau melakukan perkara-perakara
yang terbaik (ahsanu amala). Niscaya Allah akan memberikan jalan-jalan
kemudahan dan Allah akan selalu menyertai kehdiupan kita (QS.
Al-Ankabuut: 69).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar