Senin, 05 Maret 2012

Mata, Si kecil yang nikmatnya besar




 
Alam
ciptaan Allah sungguh amat mempesona. Keindahannya tak bisa kita
pungkiri lagi. Ketika kita melihat taman-taman yang indah dan
tanah-tanah yang lapang. Ketika kita melihat kesegaran rumput hijau di
pagi yang cerah. Tatkala kita melihat berbagai wajah-wajah dengan aneka
ragam bahasa dan warna kulit….. Belum lagi aneka bunga, tanaman, hewan,
dan makhluk lainnya yang mempesona mata. Pernahkah terpikir oleh kita
―saat terbangun di pagi hari dan menyaksikan ribuan nikmat itu― apa
makna di balik semua keindahan ciptaan Allah SWT ini?




Saya yakin banyak diantara kita yang menjadi lebih suntuk ketika hari
berganti menjadi petang. Matahari kian tenggelam di ufuk Barat. Suasana
menjadi gelap, taman-taman yang tadinya indah kini tak tampak lagi.
Warna alam yang menggairahkan seakan menjadi pudar. Sekali lagi coba
Anda renungkan nikmat penglihatan yang Tuhan berikan kepada anda.
Setiap panca indera yang dianugerahkan kepada kita menempati porsi
kebahagiaan yang tertentu pula. Mata, hidung, telinga, lidah dan kulit
semuanya memiliki prosentase kenikmatan yang berbeda. Saya juga yakin
Anda sependapat bahwa diantara kelima panca indera itu, mata merupakan
salah satu yang paling besar peranannya.
Tanpa penglihatan, bukan hanya kenikmatan penglihatan saja yang hilang,
tapi kenikmatan panca indera yang lain juga akan berkurang. Ketika anda
tidak bisa melihat makanan yang dihidangkan maka anda tidak akan bisa
merasakan kenikmatan makanan itu dengan benar. Anda pun tak akan
menikmati sejuk udara pagi dengan santai tanpa menyaksikannya secara
langsung. Musik pun tak akan terdengar merdu di telinga Anda. Oleh
sebab itulah kita harus pandai-pandai menyelami hakikat dari indera
yang amat berharga ini.
Betapa besar mata telah menghibur anda hingga saat ini! Perhatikan
saat-saat anda berlibur ke pantai menyaksikan hamparan pasir putih
dengan pantainya yang berkilau diterpa sinar matahari. Sementara di
ujung yang lain sebuah tanjung terhampar dengan indahnya. Cobalah
merenungi suasana ketika anda bepergian ke puncak gunung sembari
menyaksikan keindahan kota dibawah sana. Ketika kita bersantai dirumah,
berapa banyak jam yang kita habiskan menikmati acara televisi hari demi
hari? Sungguh hingga saat ini kita telah banyak melupakan syukur atas
nikmat penglihatan yang Allah berikan.
Dalam surat As-Sajdah ayat 9 Allah berfirman: ”Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan
Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur.” Jauh sebelum kita diciptakan, Allah sudah
mengetahui bahwa kita akan mendustakan kenikmatan ini dengan tidak
mensyukurinya. Di ayat yang lain disebutkan : ”Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu
bersyukur.” (An-Nahl : 78)

Pendengaran dan penglihatan merupakan dua jendela yang menghubungkan
manusia dengan alam luar. Telinga meningkatkan intelektualitas,
konsentrasi dan pemahaman seseorang sedangkan mata menyuguhkan tampilan
alam. Dengan mata ini pula kita bisa belajar dan menulis serta
melakukan pekerjaan sehari-hari dengan sempurna. Dengan dua nikmat
agung ini kita dicetak menjadi manusia yang cerdas, intelek dan tanggap
terhadap lingkungan. Al-Qur’an menyebutkan dua indera ini lebih banyak
daripada indera dan organ tubuh lainnya.



Secara anatomis mata kita berada pada tempat yang amat terlindung.
Rongga tersebut menampung 30cc volume. Tulang-tulang yang melingkar di
sekeliling mata diciptakan dengan sempurna sehingga mata aman dari
trauma. Disamping atas, dibagian bawah dan tengah dari tiap mata
terdapat suatu rongga dari tulang yang disebut sinus. Sinus ini
berfungsi sebagai Shock Absorber (peredam kejut) sehingga sewaktu-waktu
tulang tersebut mengalami trauma, maka tekanannya akan diserap oleh
sinus dan mengurangi tekanan yang masuk ke dalam mata. Sang Pencipta
meletakkan organ istimewa ini pada tempat yang aman dan melengkapinya
dengan berbagai sarana penjagaan.



Di sisi depan, mata dilindungi oleh kelopak yang memiliki reflek
menutup dengan amat cepat, sehingga sepersekian detik saja sudah bisa
menutup ketika ada sesuatu yang akan masuk. Dilengkapi dengan bulu,
menjadikan mata aman terhadap partikel padat maupun cair. Di sudut
bagian samping atas dari rongga mata terdapat kelenjar penghasil air
mata yaitu kelenjar lakrimalis. Kelenjar ini senantiasa memproduksi air
mata (tear film) yang akan membasahi permukaan mata dan mencuci mata
dari debu-debu dan partikel kotoran yang senantiasa masuk. Cairan ini
sangat istimewa fungsinya. Selain membunuh kuman-kuman yang masuk,
cairan ini juga mengatur tekanan dalam bola mata dan memberikan nutrisi
kepada bagian mata terluar yaitu Kornea.

Berkurangnya cairan mata dalam waktu tertentu akan menyebabkan suatu
gejala kekeringan mata yang disebut Xeroftalmia. Penyakit ini akan
menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani dengan segera. Bersyukurlah
anda yang memiliki mata yang sehat dan memiliki air mata yang sehat
juga setiap saat, karena jika tidak, maka anda akan menggunakan tetes
air mata buatan sepanjang hidup ! Berfirman Allah dalam surat Al-An’aam
46 yang artinya : ” Katakanlah: ’Terangkanlah kepadaku jika Allah
mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah
uhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?’ Perhatikanlah,
bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran
(Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).”



Kornea sehat yang anda miliki juga sangat mahal harganya. Cangkok
kornea di Amerika bagi orang-orang dengan parut kornea (makula) memakan
biaya hingga US$ 8700 atau sekitar 80 juta rupiah untuk satu mata.
Prosedurnya pun harus mengantri lama, karena donor kornea yang biasanya
didapat dari negara Asia Barat seperti India dan Srilanka makin jarang
didapat akhir-akhir ini. Operasi cangkok kornea termasuk operasi besar
dengan komplikasi yang besar dan kemungkinan keberhasilan yang relatif
kecil. Oleh karena itu panjatan beribu-ribu syukur layak Anda lantunkan
kepada-Nya yang telah menganugerahi anda dengan kesempurnaan hingga
saat ini.



Siapakah yang mampu menciptakan penglihatan yang menakjubkan ini selain
Allah? Penglihatan dan mata adalah karunia besar dari Sang Pencipta
kepada hamba-Nya, bukti konkrit keajaiban penciptaan manusia yang
menyaksikan Keagungan-Nya. Apakah sama antara orang yang buta dengan
orang yang melihat, cahaya dan kegelapan? Mahasuci Allah yang telah
mencipta segala sesuatu, pada Tangan-Nya lah kerajaan bumi dan langit,
dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Proses melihat kita dimulai dari jatuhnya cahaya pada obyek yang kita
lihat. Cahaya sendiri dipancarkan oleh matahari yang berjarak 93 juta
kilometer dari bumi. Sinar ini akan mencapai bumi dalam waktu 8 menit.
Pantulan cahaya dari obyek kemudian akan masuk mata melalui lensa mata.
Lensa ini berfungsi menyatukan sudut-sudut yang dibentuk sinar-sinar
tersebut. Setelah bersatu, sinar ini akan melewati pupil dan menembus
bagian dalam bola mata yang transparan dan akan berakhir di retina.
Retina adalah syaraf mata yang akan meneruskan rangsangan penglihatan
ke otak.

Ketika kita sedang menyaksikan suatu obyek, maka obyek itu akan
terlihat sebagai benda tunggal. Padahal, kedua bola mata sama-sama
menerima rangsang cahaya dalam retina. Hal ini karena kedua retina akan
berkongruensi atau bekerja sama dalam menyatukan titik cahaya. Keduanya
akan memperpanjang diri sebagai saraf otak dan saling menyilang didasar
otak untuk kemudian dilanjutkan ke bagian samping dan belakang otak
(area 17 Brocca) untuk kemudian diinterpretasikan mulai bentuk, warna,
jarak dan dimensinya. Sungguh keindahan ciptaan Allah SWT ini tak
terjangkau oleh pikiran dan ilmu kita yang terbatas.



Alangkah malangnya bagi kita yang dengan penglihatan yang sehat lalu
mempergunakannya untuk melihat barang-barang yang haram dan maksiat.
Alangkah tidak beruntungnya mereka yang mempergunakan organ yang bersih
untuk melihat sesuatu yang kotor. Dengan berbuat demikian sama artinya
kita tidak mengindahkan nikmat Allah ini. Naudzubillahi min dzalik.
Sebaliknya, beruntunglah diantara kita yang mempergunakannya di jalan
yang benar, memakainya untuk membaca Al-Qur’an, membaca kitab-kitab
ilmu dan dengan itikad baik meningkatkan ibadah. Kita harus selalu
ingat bahwa selain menyuguhkan keindahan dan kenikmatan, mata juga
berpotensi besar untuk membawa kita kepada penyimpangan akhlak dan dosa.
Janganlah kita menyesalinya kelak ketika sudah di alam akhirat, ketika
Allah seakan-akan heran melihat hal itu lalu berfirman, “Alangkah
nyaringnya telinga mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka di
kala mereka menghadap Kami. Padahal mereka di dunia seakan-akan tuli
tidak dapat mendengarkan petunjuk yang di bawa Nabi dan seakan-akan
buta tidak dapat melihat kebenaran dan mukjizat yang diberikan kepada
Rasul-rasul. Tidak melihat kekuasaan Allah yang tampak dengan nyata
pada alam semesta”. Dan dikala itu mata yang menyuguhkan maksiat dulu
akan menjadi saksi atas semua perbuatan yang telah kita lakukan, lalu
kita baru terperanjat dan berangan-angan untuk kembali ke dunia dan
menggunakannya dijalan yang baik. 



Allah kemudian mengancam dalam surat
Al-Haqqah 30-33, “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya.
Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar”.
Mudah-mudahan kita dijauhkan dari adzab Allah SWT.
Untuk itu marilah kita pergunakan mata kita di jalan Allah, di jalan
yang akan menuntun kita kepada sorga-Nya. Insya Allah dengan
mempergunakannya secara baik, kita tercatat sebagai hambaNya yang
bersyukur dan bertaubat. Harus selalu kita ingat bahwa setiap
kenikmatan yang disuguhkan oleh mata saat ini akan menyisakan setiap
pertanyaan kelak di alam baka…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar